Skip to main content

Sepasang: Langit, dan Daun-Daun Abu-Abu

Cerita tentang bunga bernama Apetala yang jatuh cinta dengan seekor burung bernama Hummingbird. Si bunga adalah wanita pemalu, selalu memakai tudung yang tidak bercorak berwarna, hanya putih polos. Jika dia lewat di depanmu, tidak akan kau cium aroma apapun, hanya seperti angin lembut yang lewat di musim gugur. Tetapi wanita itu punya puisi-puisi, yang dia tulis di setiap urat-urat daunnya, puisi indah untuk seorang pengelana, sendiri. Terbang. Seperti pelangi. Dialah si burung, Hummingbird, yang terbang seperti pelangi, yang kepakan sayapnya anggun, seperti tarian gerimis yang membuat semua bunga. Jatuh. Cinta.

Hummingbird, punya rahasia. Dia letih untuk selalu terbang, dan ingin rumah untuk kembali pulang. Rumah yang tidak dia ditemukan di langit. Mana pun. Rahasia lain, yang Hummingbird simpan: selalu ketika sore, terbang bersandar awan. Dia memandang daun Apetala. Membaca puisinya. Kata. Demi kata. Helai demi daun.

[Mereka tinggal di taman] yang jauh dari kota, dekat dengan desa hujan. Taman bunga itu luas, seluas langit di atasnya. Bahkan sungai pun tidak menemukan tepian taman itu.

Taman bunga itu bernama labirin, sebuah puzzle warna warni dengan banyak bunga beraroma psychedelic yang menyesatkan. Tidak ada jalan-jalan di tanahnya, kecuali untuk para burung, yang menguasai langit, menguasai arah, menguasai angin dan hujan. Tersesat adalah kata panjang yang tidak akan cukup tertulis di sayap-sayap mereka.

[Satu aturan dalam keluarga leluhur Hummingbird, mereka hanya boleh mendekati bunga-bunga dengan warna indah. Bunga-bunga dengan suara-suara indah semanis nektar yang mereka hasilkan]. Hummingbird. Punya rahasia. Dia letih untuk selalu terbang, dan ingin rumah untuk kembali pulang. Namun rumah leluhur yang selama ini dia kenal hanyalah baris-baris perilaku robotik. Budak. Aturan 50 kepakan per waktunya.
Rahasia lain, yang Hummingbird simpan: dia ingin rumah dengan baris puisi-puisi, rumah dengan daun-daun hijau yang selalu bersemi menuliskan puisi baru. Dan itu dia temukan di seorang Apetala. Wanita yang tidak dapat dia dekati. Mereka berdua saling berharap balasan dari perasaan mereka masing-masing.

Apa. Ini cinta atau tidak, kata Apetala. Apa ini rasa yang hanya tiba karena kebosanan ataukah dari kerinduan, kata Hummingbird. Tetapi yang pasti keraguan bukan bagian dari benang-benang yang menyusun rasa ini, kata mereka berdua. Dalam hati,

[bersambung]

Puisi-puisimu. Ungkapan cinta-cinta. Di daun-daun abu-abu kering. Yang gugur. Yang tidak sempat aku baca.

Aku pun yang terlanjur jatuh. Tersesat di taman ini. Tidak bisa lagi. Terbang.

Comments

Popular posts from this blog

*spica

wajahmu malam tanpa jalan pulang. senyummu malam rumah yang selalu aku rindu. tetapi matamu malam yang penuh bintang, konstelasi-konstelasi cahaya bak wanita masa lalu, yang menutun arahku. aku. jatuh. cinta. dengan. malam

Abu-abu dan Hijau; Pannikiang dan Mangrove (Sepotong Kisah Edutrip)

Mencoba untuk membuat introduksi yang menarik agar pembaca terkesan, namun apa daya hanya mampu   menulis ini: ketika peserta edutrip lainnya mencoba menulis berita, di sini saya hanya akan bercerita. Semua orang suka cerita. Ralat. Anak-anak suka cerita. Cerita ini tentang anak-anak yang melakukan perjalanan dari kota abu-abu menuju pulau hijau. Di setiap sudut jalan dia mendapati akan arti penting dari pulau hijau tersebut, tentang orang-orang ramah yang menempati pulau itu. Dan tentang pulau itu sendiri yang memiliki kehidupan, kenanga n dan masa depan. Hal itu membuat mereka berpikir untuk mengubah kota abu-abu dimana mereka tinggal menjadi kota-kota hijau dimana masa depan menjadi lebih penuh harapan.   Di pulau hijau, tempat dimana kau tinggal, maksudnya mangrove dengan segala fungsinya baik secara ekologis, fisik, maupun sosial dan dengan segala apa yang berada di dalam mangrove tersebut, kelelawar, ikan-ikan, para burung dan hewan-hewan bercangkang. Secara ekolo...