Hari
itu hujan turun gerimis, tetapi tetap juga aku memakai payung kala keluar rumah
waktu itu. Pukul sembilan malam, seperti biasa di malam Sabtu aku keluar
mengunjungi coffee shop depan stasiun,
stasiun bus antar-kota yang selalu saja ramai kecuali malam, yang dekat
perpustakaan umum yang selalu saja sunyi entah itu malam ataupun siang, dekat
kolam ikan besar yang hanya dipenuhi oleh banyak katak dan kecebong; dan dekat
toko ATK yang siang harinya selalu penuh oleh anak-anak sekolah, dan malam
harinya selalu aku datangi.
Di toko ATK itu aku berhenti sebentar, membeli refill untuk cutter di rumah, di sini pula aku men-sengajakan diri untuk bertemu Jingga, perempuan yang aku suka, si penjaga malam toko ATK, aku mengajaknya untuk bertemu nanti di coffee shop sebelah.
“Hai,” kata Jingga langsung menyapaku ketika masuk ke toko. Dia tahu kalau aku menyukainya. Aku pernah bilang padanya, dan jawabannya.
“Hai juga,” jawabku, mendahului lamunanku, “Jingga, nanti ke sebelah, yuk.”
“Hmm, boleh tetapi sejam lagi, ya.”
“Oke,” jawabku dan tidak lama kemudian aku beranjak.
*bersambung
Menulis ini berharap untuk mencatut duluan nama "Alien Tea Shop"
Di toko ATK itu aku berhenti sebentar, membeli refill untuk cutter di rumah, di sini pula aku men-sengajakan diri untuk bertemu Jingga, perempuan yang aku suka, si penjaga malam toko ATK, aku mengajaknya untuk bertemu nanti di coffee shop sebelah.
“Hai,” kata Jingga langsung menyapaku ketika masuk ke toko. Dia tahu kalau aku menyukainya. Aku pernah bilang padanya, dan jawabannya.
“Hai juga,” jawabku, mendahului lamunanku, “Jingga, nanti ke sebelah, yuk.”
“Hmm, boleh tetapi sejam lagi, ya.”
“Oke,” jawabku dan tidak lama kemudian aku beranjak.
*bersambung
Menulis ini berharap untuk mencatut duluan nama "Alien Tea Shop"
Comments
Post a Comment