Skip to main content

alien tea shop

Hari itu hujan turun gerimis, tetapi tetap juga aku memakai payung kala keluar rumah waktu itu. Pukul sembilan malam, seperti biasa di malam Sabtu aku keluar mengunjungi coffee shop depan stasiun, stasiun bus antar-kota yang selalu saja ramai kecuali malam, yang dekat perpustakaan umum yang selalu saja sunyi entah itu malam ataupun siang, dekat kolam ikan besar yang hanya dipenuhi oleh banyak katak dan kecebong; dan dekat toko ATK yang siang harinya selalu penuh oleh anak-anak sekolah, dan malam harinya selalu aku datangi.

Di toko ATK itu aku berhenti sebentar, membeli refill untuk cutter di rumah, di sini pula aku men-sengajakan diri untuk bertemu Jingga, perempuan yang aku suka, si penjaga malam toko ATK, aku mengajaknya untuk bertemu nanti di coffee shop sebelah.

“Hai,” kata Jingga langsung menyapaku ketika masuk ke toko. Dia tahu kalau aku menyukainya. Aku pernah bilang padanya, dan jawabannya.

“Hai juga,” jawabku, mendahului lamunanku, “Jingga, nanti ke sebelah, yuk.” 

Hmm, boleh tetapi sejam lagi, ya.” 

“Oke,” jawabku dan tidak lama kemudian aku beranjak.

*bersambung

Menulis ini berharap untuk mencatut duluan nama "Alien Tea Shop"

Comments

Popular posts from this blog

*spica

wajahmu malam tanpa jalan pulang. senyummu malam rumah yang selalu aku rindu. tetapi matamu malam yang penuh bintang, konstelasi-konstelasi cahaya bak wanita masa lalu, yang menutun arahku. aku. jatuh. cinta. dengan. malam

Abu-abu dan Hijau; Pannikiang dan Mangrove (Sepotong Kisah Edutrip)

Mencoba untuk membuat introduksi yang menarik agar pembaca terkesan, namun apa daya hanya mampu   menulis ini: ketika peserta edutrip lainnya mencoba menulis berita, di sini saya hanya akan bercerita. Semua orang suka cerita. Ralat. Anak-anak suka cerita. Cerita ini tentang anak-anak yang melakukan perjalanan dari kota abu-abu menuju pulau hijau. Di setiap sudut jalan dia mendapati akan arti penting dari pulau hijau tersebut, tentang orang-orang ramah yang menempati pulau itu. Dan tentang pulau itu sendiri yang memiliki kehidupan, kenanga n dan masa depan. Hal itu membuat mereka berpikir untuk mengubah kota abu-abu dimana mereka tinggal menjadi kota-kota hijau dimana masa depan menjadi lebih penuh harapan.   Di pulau hijau, tempat dimana kau tinggal, maksudnya mangrove dengan segala fungsinya baik secara ekologis, fisik, maupun sosial dan dengan segala apa yang berada di dalam mangrove tersebut, kelelawar, ikan-ikan, para burung dan hewan-hewan bercangkang. Secara ekolo...