Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

*spica

wajahmu malam tanpa jalan pulang. senyummu malam rumah yang selalu aku rindu. tetapi matamu malam yang penuh bintang, konstelasi-konstelasi cahaya bak wanita masa lalu, yang menutun arahku. aku. jatuh. cinta. dengan. malam

makanya kamu cantik

bulan itu jauh makanya cantik sama seperti kamu yang jauh di masa nanti jauh di ujung imajinasi jauh di balik pelangi makanya kamu cantik ... ... ... resiko orang cantik (lirik lagu yang saya dengar tadi sore di warung bakso), tidak dapat digapai oleh penyu yang berenang sendiri di laut lepas yang maha luas.

Abu-abu dan Hijau; Pannikiang dan Mangrove (Sepotong Kisah Edutrip)

Mencoba untuk membuat introduksi yang menarik agar pembaca terkesan, namun apa daya hanya mampu   menulis ini: ketika peserta edutrip lainnya mencoba menulis berita, di sini saya hanya akan bercerita. Semua orang suka cerita. Ralat. Anak-anak suka cerita. Cerita ini tentang anak-anak yang melakukan perjalanan dari kota abu-abu menuju pulau hijau. Di setiap sudut jalan dia mendapati akan arti penting dari pulau hijau tersebut, tentang orang-orang ramah yang menempati pulau itu. Dan tentang pulau itu sendiri yang memiliki kehidupan, kenanga n dan masa depan. Hal itu membuat mereka berpikir untuk mengubah kota abu-abu dimana mereka tinggal menjadi kota-kota hijau dimana masa depan menjadi lebih penuh harapan.   Di pulau hijau, tempat dimana kau tinggal, maksudnya mangrove dengan segala fungsinya baik secara ekologis, fisik, maupun sosial dan dengan segala apa yang berada di dalam mangrove tersebut, kelelawar, ikan-ikan, para burung dan hewan-hewan bercangkang. Secara ekologis mangr

H I L A N G

rumah kecil berhalaman kecil yang berdua kita tinggali bersama rumah masa lalu ketika langit itu luas berisi kisah-kisah yang seakan tanpa ujung. masa lalu mengapa pergi? kau pun pergi yang tertinggal hanyalah rekaman-rekaman suaramu. sendiri rumah ini terasa luas, ya, mataku luas tetapi dada-dada ini sesak bayangan suaramu yang menjelma jarum-jarum mengisi rumah ini rumah yang dulu aku damba karena rumah yang berisi senyum-senyummu. ya, mataku luas tetapi basah menghilang teriris rindu yang pedih mungkin masa lalu adalah rumah yang cocok saja untukku rumah di mana kau masih ada duduk di sofa biru sambil menyisir rambutku hingga bintang-bintang menghilang menghilang.

Yang Kau Beri

dulu aku masih ingat ketika aku memanggilmu untuk ikut denganku namun kau hanya berdiri seperti tidak memikirkan apa pun lalu kau tersenyum sekali: lalu pergi dan sekarang aku sadari kalau senyumanmu yang terakhir itu adalah satu-satunya alasanku untuk mencarimu, menemukanmu dan membawamu: pulang

Sepasang: Langit, dan Daun-Daun Abu-Abu

Cerita tentang bunga bernama Apetala yang jatuh cinta dengan seekor burung bernama Hummingbird. Si bunga adalah wanita pemalu, selalu memakai tudung yang tidak bercorak berwarna, hanya putih polos. Jika dia lewat di depanmu, tidak akan kau cium aroma apapun, hanya seperti angin lembut yang lewat di musim gugur. Tetapi wanita itu punya puisi-puisi, yang dia tulis di setiap urat-urat daunnya, puisi indah untuk seorang pengelana, sendiri. Terbang. Seperti pelangi. Dialah si burung, Hummingbird, yang terbang seperti pelangi, yang kepakan sayapnya anggun, seperti tarian gerimis yang membuat semua bunga. Jatuh. Cinta. Hummingbird, punya rahasia. Dia letih untuk selalu terbang, dan ingin rumah untuk kembali pulang. Rumah yang tidak dia ditemukan di langit. Mana pun. Rahasia lain, yang Hummingbird simpan: selalu ketika sore, terbang bersandar awan. Dia memandang daun Apetala. Membaca puisinya. Kata. Demi kata. Helai demi daun. [Mereka tinggal di taman] yang jauh dari kota, dekat dengan des

Coba Melihat Ke Bawah

Coba melihat ke bawah. Rindu ini adalah rumput-rumput basah, yang selalu mengamati. Setiap langkahmu. Aku tahu semalam hujan, aku tahu semalam dingin, tetapi kau tetap berjalan pulang. Coba melihat ke bawah. Butiran gula dari remah-remah roti, yang menjadi bekalmu untuk pulang. Aku mengingatnya. Selalu. Menyimpannya. Dalam hati. Dalam. Rinduku.