Seekor kelinci
hitam besar, dia memandangiku. Di atas air yang berwarna hijau yang
rasanya seperti teh. Kami berdua saling menatap jauh ke dalam mata
kami satu sama lain. Di dalam mata kelinci itu aku menemukan wajah
ayahku, senyum itu yang sudah lama tidak aku temukan. Kelinci besar
itu lalu berubah menjadi kabut putih yang serentak berubah lagi
menjadi ratusan kelinci putih yang melompat-lompat menjauhiku di atas
air, lalu tenggelam. Aku seketika ikut tenggelam, namun airnya telah
berubah jernih, di dalamnya aku lihat ratusan ngengat yang terbang
melintasi tubuhku menghamburkan serbuk-serbuk jingga, terbang dengan
anggun dari dasar yang gelap menuju bulan kuning yang bulat di atas
permukaan sana. Aku cium aroma harum buah apel dari ngengat-ngengat
itu.
wajahmu malam tanpa jalan pulang. senyummu malam rumah yang selalu aku rindu. tetapi matamu malam yang penuh bintang, konstelasi-konstelasi cahaya bak wanita masa lalu, yang menutun arahku. aku. jatuh. cinta. dengan. malam
Comments
Post a Comment